Seiring dengan berjalannya waktu, seni alat musik gamelan mulai luntur.
Salah satu penyebabnya adalah adanya organ tunggal. Organ tunggal
perlahan-lahan membuat seni musik gamelan tersingkir, karena spesifiknya
organ tidak memakai banyak tempat sedangkan gamelan butuh tempat yang
cukup luas untuk mengadakan suatu pentas. Organ tunggal pun tidak
memerlukan banyak orang untuk memainkannya. Oleh karena itu lah
terkadang masyarakat sekarang cenderung lebih memilih organ tunggal
dibandingkan gamelan. Penerus untuk melestarikan alat musik ini pun
mulai menurun. Kebanyakan yang masih bertahan adalah para orang tua di
atas 30 tahun dan cenderung yang masih muda lebih tertarik dengan alat
musik yang lebih moderen.
Seni musik gamelan juga memberi arti
penting bagi masyarakat Jawa. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan
satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal
demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni
budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan
perkembangan religi yang dianutnya. Pada masyarakat jawa gamelan juga
mempunyai fungsi tersendiri yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial,
moral dan spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri, buktinya
bahwa dunia pun mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur
yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan
merupakan alat musik yang luwes, karena dapat berfungsi juga bagi
pendidikan.
Pada masa sekarang ini ada
kecenderungan perbedaan persepsi yang dilakukan oleh generasi-generasi
muda melalui berbagai atraksi kebudayaan yang pada segi-segi lain
kelihatan agak menonjol. Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena
tidak ada yang mengenalkan, selain itu tidak ada yang mengajarkan. Itu
tidak bisa disalahkan karena mayoritas orang tua jaman sekarang, bahkan
lingkungan sekolah, tidak mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi
muda, gamelan sulit diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu
pada era orang tua atau kakek dan nenek mereka. Anak muda sekarang lebih
cenderung menyukai alat musik yang lebih moderen semisal drum, gitar,
piano dan lain- lain ketimbang mempelajari seni musik gamelan yang
merupakan ciri khas dari kebudayaan jawa khususnya Yogyakarta.
Gamelan
bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek, namun ada spirit di
dalamnya, yakni kebersamaan karena dibutuhkan keharmonisan dan
kebersamaan untuk menghasilkan lagu atau tembang yang enak di dengar.
Yang penting di sini adalah manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa
dekat dengan gamelan. Perlu kita pikirkan juga bahwa demi kelestarian
kebudayaan kita sendiri yang sungguh-sungguh Adhi Luhur, penuh dengan
estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, tatakrama,
kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang bermental
luhur.
Gamelan merupakan salah satu musik tradisional. Sejak abad ke 8
Masehi Gamelan telah dikenalkan sejak jaman dinasti Syailendra. Pada
dasarnya gamelan merupakan berasal dari bahasa Jawa ‘Gamel’ yang berarti
memukul, diikuti akhiran ‘-AN’ yang menjadikannya kata benda. Mungkin
hampir di seluruh Pulau Jawa, Gamelan dapat dijumpai, namun antara satu
daerah dengan daerah yang lain akibat proses kebudayaan. Gamelan Jawa
diyakini sebagai yang tertua dan menjadi asal usul gamelan di daerah
lain.
Pada dasarnya alat musik instrumen gamelan dibuat berdasarkan
relief yang ada di dalam Candi Borobudur pada abad ke-8. Terdapat
beberapa alat musik yang terdiri dari kendang, suling bambu, kecapi,
dawai yang digesek dan dipetik, serta lonceng di dalam relief Candi
Borodubur. Maka sejak saat itu, maka alat musik itu lalu dijadikan
sebagai alat musik dalam alunan musik gamelan jawa. Pada masa pengaruh
budaya Hindu-Budha berkembang di Kerajaan Majapahit, gamelan
diperkenalkan pada masyarakat Jawa di Kerajaan Majapahit. Hampir semua
kegiatan kesenian dan budaya Jawa menggunakan gamelan Jawa sebagai
instrumentasinya seperti pertunjukan wayang kulit, kethoprak, pementasan
tari, uyon-uyon (pertunjukan seni tarik suara), dll. Gamelan Jawa ini
berfungsi sebagai musik pengiring dalam pertunjukkan dan biasanya
dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa. Untuk penyanyi pria dikenal
sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut sebagai waranggana.
Untuk
seperangkat gamelan terdiri dari berbagai alat musik dan tiap-tiap alat
musik mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Komponen utama penyusun alat
musik gamelan biasanya di dominasi oleh unsur logam, bambu dan kayu.
Alat-alat musik penyusun gamelan terdiri dari, Kendang, Saron, Bonang
Barung, Bonang Penerus, Slentem, Jender, Gambang, Gong, Kempul, Kenong,
Ketug, Clempung, Siter, Suling, Rebab, Bedug, Keprak dan Kepyak. Gamelan
biasanya menggunakan empat cara penalaan, yaitu slendro, pelog, degung
(khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan madenda (juga dikenal
sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di
Eropa. Untuk Slendro ini memiliki lima nada dasar dengan perbedaan
interval kecil. Pelog memiliki tujuh nada dasar dengan perbedaan
interval yang besar. Sedangkan komposisi musik gamelan diciptakan dengan
beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet,
dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang
terdiri dari 4 nada.
Seperti yang diketahui bahwa gamelan ini menjadi
salah satu hasil kebudayaan yang sudah diakui secara internasional dan
telah dipentaskan di lima benua. PBB juga sudah menetapkan Gamelan
sebagai warisan budaya yang harus dilindungi dan di lestarikan.
Gamelan
Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang
sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa
Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti
halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya
dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang
bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang
garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme,
memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian
instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.
Seni
gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa
Indonesia. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan
filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang
berupa kesenian serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang
dianutnya. Pada masyarakat jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang
berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Secara
historis, sarjana J.L.A. Brandes (1889) mengemukakan bahwa masyarakat
Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian,
diantaranya adalah wayang dan gamelan. Menurut sejarahnya, gamelan Jawa
juga mempunyai sejarah yang panjang. Seperti halnya kesenian atau
kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam perkembangannya juga mengalami
perubahan-perubahan.
Perkembangan Gamelan Jawa
Pada mulanya,
gamelan pertama kali diperkenalkan oleh Wali songo untuk membantu
menyebarkan agama islam di nusantara khususnya pulau jawa. Para wali
tersebut menggunakan gamelan sebagai daya tarik agar masyarakat mau
masuk islam dan datang kemasjid untuk melakukan ibadah. Dengan semakin
berkembanya kerajaan demak, maka mendorong kerajaan demak untuk lebih
menyempurnakan gamelan yang digukan sebagai sarana penyebaran agama
islam, sehingga dengan gamelan tersebut agama islam dapat lebih menyerap
lagi kedalam hati sanubari rakyat. Selain itu gamelan juga digunakan
oleh kerajaan demak untuk menyelenggarakan upacara sekaten untuk
memperingati hari lahir Nabi Muhammad Saw, yang dimana gemelan merupakan
komponen utama dalam terselenggaranya upacara Sekaten tersebut. Dalam
upacara sekaten gamelan yang dipakai adalah gamelan tua yang diberi nama
kyai sekati, yang terdiri dari dua rancak/perangkat. Dan Gamelan
sekaten ini hanya memiliki beberapa instrumen. Masing-masing istrumen
tersebut dibuat serba tebal karena gamelan ini selalu dibunyikan
keras-keras, agar bisa menarik perhatian warga untuk datang meramaikan
upacara sekaten tersebut. Namun sekarang Gamelan yang lengkap mempunyai
kira-kira terdapat 72 alat dan dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh)
dengan disertai 10 – 15 pesinden dan atau gerong. Susunannya terutama
terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam
seperti Bonang, Demung, Saron, Peking, Kenong & Kethuk, Slenthem,
Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling, Kempul.[4]
Dahulu
pemilikan gamelan Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini,
siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan termasuk
gamelan-gamelan pusaka. Bahkan gamelan saat ini tidak hanya digunakan
untuk upacara-upacara kekeratonan saja. Gamelan saat ini sudah tumbuh
menjadi suatu kesenian yang mengiringi kesenian lain, seperti wayang,
ketroprak, ludruk dan kesenian-kesenian jawa lainnya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa unsur-unsur modern sudah masuk kedalam kesenian gamelan
yang mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan ciri di dalam kesenian
gamelan, seperti pada saat ini kesenian gamelan tidak hanya di isi oleh
alat-alat musik tradisional seperti gong, saron dan lain-lain, tetapi
juga di isi dengan alat-alat musik modern seperti gitar, bass dan drum
yang memungkinkan kesenian gamelan tidak hanya memainkan tembang-tembang
jawa saja, tetapi juga sudah mulai bisa memaikan musik-musik yang jauh
berbeda alirannya dengan temabang jawa misalnya Musik POP, Dangdut atau
bahkan Jazz dan Rock. Contoh-contoh kesenian-kesenian gamelan Modren
sangat mudah kita dapatkan, bahkan bisa kita lihat sehari-hari diacara
Opera Van Java yang setiap malam selalu tanya di televisi.
Pada
masa kini selain diakui didalam negeri, kesenian gamelan jawa ini juga
sudah mengundang perhatian dunia, dengan mendapat tanggapan-tanggapan
yang luar biasa di dunia internasional. Saat ini telah banyak diadakan
pentas seni gamelan di berbagai negara Eropa dan memperoleh tanggapan
yang sangat bagus dari masyarakat di sana. Bahkan sekolah-sekolah di
beberapa negara seperti New Zealand, Singapura, Amerika Serikat dan
Jepang gamelan jawa sudah menjadi kurikulum, baik itu kurikulum tetap
maupun hanya kurikulum tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya
minat warga negara asing untuk mendalami seni budaya Indonesia khususnya
gamelan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar