Rabu, 13 Februari 2013

Merana, Gamelan Semakin Ditinggalkan (BI-01-SS-12)

Seiring dengan berjalannya waktu, seni alat musik gamelan mulai luntur. Salah satu penyebabnya adalah adanya organ tunggal. Organ tunggal perlahan-lahan membuat seni musik gamelan tersingkir, karena spesifiknya organ tidak memakai banyak tempat sedangkan gamelan butuh tempat yang cukup luas untuk mengadakan suatu pentas. Organ tunggal pun tidak memerlukan banyak orang untuk memainkannya. Oleh karena itu lah terkadang masyarakat sekarang cenderung lebih memilih organ tunggal dibandingkan gamelan. Penerus untuk melestarikan alat musik ini pun mulai menurun. Kebanyakan yang masih bertahan adalah para orang tua di atas 30 tahun dan cenderung yang masih muda lebih tertarik dengan alat musik yang lebih moderen.

Seni musik gamelan juga memberi arti penting bagi masyarakat Jawa. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa gamelan Jawa serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Pada masyarakat jawa gamelan juga mempunyai fungsi tersendiri yang  berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Gamelan memiliki keagungan tersendiri, buktinya bahwa dunia pun mengakui gamelan adalah alat musik tradisional timur yang dapat mengimbangi alat musik barat yang serba besar. Gamelan merupakan alat musik yang luwes, karena dapat berfungsi juga bagi pendidikan.
Pada masa sekarang ini ada kecenderungan perbedaan persepsi yang dilakukan oleh generasi-generasi muda melalui berbagai atraksi kebudayaan yang pada segi-segi lain kelihatan agak menonjol. Anak muda terlihat tak tertarik gamelan karena tidak ada yang mengenalkan, selain itu tidak ada yang mengajarkan. Itu tidak bisa disalahkan karena mayoritas orang tua jaman sekarang, bahkan lingkungan sekolah, tidak mendukung anak mengenal gamelan. Bagi generasi muda, gamelan sulit diminati kalau dibunyikan seperti masa-masa dulu pada era orang tua atau kakek dan nenek mereka. Anak muda sekarang lebih cenderung menyukai alat musik yang lebih moderen semisal drum, gitar, piano dan lain- lain ketimbang mempelajari seni musik gamelan yang merupakan ciri khas dari kebudayaan jawa khususnya Yogyakarta.
Gamelan bukan sekadar alat musik tradisional atau obyek, namun ada spirit di dalamnya, yakni kebersamaan karena dibutuhkan keharmonisan dan kebersamaan untuk menghasilkan lagu atau tembang yang enak di dengar. Yang penting di sini adalah manusianya, yaitu bagaimana mereka merasa dekat dengan gamelan. Perlu kita pikirkan juga bahwa demi kelestarian kebudayaan kita sendiri yang sungguh-sungguh Adhi Luhur, penuh dengan estetika, keharmonisan, ajaran-ajaran, filsafat-filsafat, tatakrama, kemasyarakatan, toleransi, pembentukan manusia-manusia yang bermental luhur.
Gamelan merupakan salah satu musik tradisional. Sejak abad ke 8 Masehi Gamelan telah dikenalkan sejak jaman dinasti Syailendra. Pada dasarnya gamelan merupakan berasal dari bahasa Jawa ‘Gamel’ yang berarti memukul, diikuti akhiran ‘-AN’ yang menjadikannya kata benda. Mungkin hampir di seluruh Pulau Jawa, Gamelan dapat dijumpai, namun antara satu daerah dengan daerah yang lain akibat proses kebudayaan. Gamelan Jawa diyakini sebagai yang tertua dan menjadi asal usul gamelan di daerah lain.
Pada dasarnya alat musik instrumen gamelan dibuat berdasarkan relief yang ada di dalam Candi Borobudur pada abad ke-8. Terdapat beberapa alat musik yang terdiri dari kendang, suling bambu, kecapi, dawai yang digesek dan dipetik, serta lonceng di dalam relief Candi Borodubur. Maka sejak saat itu, maka alat musik itu lalu dijadikan sebagai alat musik dalam alunan musik gamelan jawa. Pada masa pengaruh budaya Hindu-Budha berkembang di Kerajaan Majapahit, gamelan diperkenalkan pada masyarakat Jawa di Kerajaan Majapahit. Hampir semua kegiatan kesenian dan budaya Jawa menggunakan gamelan Jawa sebagai instrumentasinya seperti pertunjukan wayang kulit, kethoprak, pementasan tari, uyon-uyon (pertunjukan seni tarik suara), dll. Gamelan Jawa ini berfungsi sebagai musik pengiring dalam pertunjukkan dan biasanya dipadukan dengan suara para penyanyi Jawa. Untuk penyanyi pria dikenal sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut sebagai waranggana.
Untuk seperangkat gamelan terdiri dari berbagai alat musik dan tiap-tiap alat musik mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Komponen utama penyusun alat musik gamelan biasanya di dominasi oleh unsur logam, bambu dan kayu. Alat-alat musik penyusun gamelan terdiri dari, Kendang, Saron, Bonang Barung, Bonang Penerus, Slentem, Jender, Gambang, Gong, Kempul, Kenong, Ketug, Clempung, Siter, Suling, Rebab, Bedug, Keprak dan Kepyak. Gamelan biasanya menggunakan empat cara penalaan, yaitu slendro, pelog, degung (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan madenda (juga dikenal sebagai diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa. Untuk Slendro ini memiliki lima nada dasar dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki tujuh nada dasar dengan perbedaan interval yang besar. Sedangkan komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Seperti yang diketahui bahwa gamelan ini menjadi salah satu hasil kebudayaan yang sudah diakui secara internasional dan telah dipentaskan di lima benua. PBB juga sudah menetapkan Gamelan sebagai warisan budaya yang harus dilindungi dan di lestarikan.
Gamelan Jawa merupakan seperangkat instrumen sebagai pernyataan musikal yang sering disebut dengan istilah karawitan. Karawitan berasal dari bahasa Jawa rawit yang berarti rumit, berbelit-belit, tetapi rawit juga berarti halus, cantik, berliku-liku dan enak. Kata Jawa karawitan khususnya dipakai untuk mengacu kepada musik gamelan, musik Indonesia yang bersistem nada non diatonis (dalam laras slendro dan pelog) yang garapan-garapannya menggunakan sistem notasi, warna suara, ritme, memiliki fungsi, pathet dan aturan garap dalam bentuk sajian instrumentalia, vokalia dan campuran yang indah didengar.
Seni gamelan Jawa mengandung nilai-nilai historis dan filosofis bagi bangsa Indonesia. Secara filosofis gamelan Jawa merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa. Hal demikian disebabkan filsafat hidup masyarakat Jawa berkaitan dengan seni budayanya yang berupa kesenian serta berhubungan erat dengan perkembangan religi yang dianutnya. Pada masyarakat jawa gamelan mempunyai fungsi estetika yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral dan spiritual. Secara historis, sarjana J.L.A. Brandes (1889) mengemukakan bahwa masyarakat Jawa sebelum adanya pengaruh Hindu telah mengenal sepuluh keahlian, diantaranya adalah wayang dan gamelan. Menurut sejarahnya, gamelan Jawa juga mempunyai sejarah yang panjang. Seperti halnya kesenian atau kebudayaan yang lain, gamelan Jawa dalam perkembangannya juga mengalami perubahan-perubahan.
Perkembangan Gamelan Jawa
Pada mulanya, gamelan pertama kali diperkenalkan oleh Wali songo untuk membantu menyebarkan agama islam di nusantara khususnya pulau jawa. Para wali tersebut menggunakan gamelan sebagai daya tarik agar masyarakat mau masuk islam dan datang kemasjid untuk melakukan ibadah. Dengan semakin berkembanya kerajaan demak, maka mendorong kerajaan demak untuk lebih menyempurnakan gamelan yang digukan sebagai sarana penyebaran agama islam, sehingga dengan gamelan tersebut agama islam dapat lebih menyerap lagi kedalam hati sanubari rakyat. Selain itu gamelan juga digunakan oleh kerajaan demak untuk menyelenggarakan upacara sekaten untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad Saw, yang dimana gemelan merupakan komponen utama dalam terselenggaranya upacara Sekaten tersebut. Dalam upacara sekaten gamelan yang dipakai adalah gamelan tua yang diberi nama kyai sekati, yang terdiri dari dua rancak/perangkat. Dan Gamelan sekaten ini hanya memiliki beberapa instrumen. Masing-masing istrumen tersebut dibuat serba tebal karena gamelan ini selalu dibunyikan keras-keras, agar bisa menarik perhatian warga untuk datang meramaikan upacara sekaten tersebut. Namun sekarang Gamelan yang lengkap mempunyai kira-kira terdapat 72 alat dan dapat dimainkan oleh niyaga (penabuh) dengan disertai 10 – 15 pesinden dan atau gerong. Susunannya terutama terdiri dari alat-alat pukul atau tetabuhan yang terbuat dari logam seperti Bonang, Demung, Saron, Peking, Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling, Kempul.[4]
Dahulu pemilikan gamelan Jawa hanya terbatas untuk kalangan istana. Kini, siapapun yang berminat dapat memilikinya sepanjang bukan termasuk gamelan-gamelan pusaka. Bahkan gamelan saat ini tidak hanya digunakan untuk upacara-upacara kekeratonan saja. Gamelan saat ini sudah tumbuh menjadi suatu kesenian yang mengiringi kesenian lain, seperti wayang, ketroprak, ludruk dan kesenian-kesenian jawa lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa unsur-unsur modern sudah masuk kedalam kesenian gamelan yang mengakibatkan terjadi perubahan-perubahan ciri di dalam kesenian gamelan, seperti pada saat ini kesenian gamelan tidak hanya di isi oleh alat-alat musik tradisional seperti gong, saron dan lain-lain, tetapi juga di isi dengan alat-alat musik modern seperti gitar, bass dan drum yang memungkinkan kesenian gamelan tidak hanya memainkan tembang-tembang jawa saja, tetapi juga sudah mulai bisa memaikan musik-musik yang jauh berbeda alirannya dengan temabang jawa misalnya Musik POP, Dangdut atau bahkan Jazz dan Rock. Contoh-contoh kesenian-kesenian gamelan Modren sangat mudah kita dapatkan, bahkan bisa kita lihat sehari-hari diacara Opera Van Java yang setiap malam selalu tanya di televisi.   
Pada masa kini selain diakui didalam negeri, kesenian gamelan jawa ini juga sudah mengundang perhatian dunia, dengan mendapat tanggapan-tanggapan yang luar biasa di dunia internasional. Saat ini telah banyak diadakan pentas seni gamelan di berbagai negara Eropa dan memperoleh tanggapan yang sangat bagus dari masyarakat di sana. Bahkan sekolah-sekolah di beberapa negara seperti New Zealand, Singapura, Amerika Serikat dan Jepang gamelan jawa sudah menjadi kurikulum, baik itu kurikulum tetap maupun hanya kurikulum tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya minat warga negara asing untuk mendalami seni budaya Indonesia khususnya gamelan.

5 Kebiasaan yang ‘Mulai’ Hilang (BI-01-SS-12)

Kita sebagai orang Indonesia yang berbudi luhur pasti tahu dengan budaya yang akan dibahas ini, tapi belakangan kita bisa melihat, merasakan (bahkan mungkin mengalami) udah mulai berkurang. Jadi, kami coba angkat deh, supaya Anda mau mengembalikan budaya kita, menjadi budaya sesungguhnya!

1. Cium Tangan Pada Orang Tua

Biasanya sih dibilang “salim“, bila di semasa saya hal ini merupakan kewajiban anak kepada orang tua disaat ingin pergi ke sekolah atau berpamitan ke tempat lain. Sebenarnya hal ini penting loh, selain menanamkan rasa cinta kita sama ortu, cium tangan itu sebagai tanda hormat dan terima kasih kita sama mereka, sudahkah kalian mencium tangan orang tua hari ini?

2. Penggunaan tangan kanan

Bila di luar negeri sih, saya rasa gak masalah dengan penggunaan tangan baik kanan ataupun kiri, tapi hal ini bukanlah budaya kita. Budaya kita mengajarkan untuk berjabat tangan, memberikan barang, ataupun makan menggunakan tangan kanan.  (kecuali memang di anugerahi kebiasaan kidal sejak lahir).

3. Senyum dan Sapa

Ini sih Indonesia banget! Dulu citra bangsa kita identik dengan ramah tamah dan murah senyum. So, jangan sampai hilang, ya! Ga ada ruginya juga kita ngelakuin hal ini, toh juga bermanfaat bagi kita sendiri. Karena senyum itu ibadah dan sapa itu menambah keakraban dengan sekitar kita.

4. Musyawarah

Satu lagi budaya yang udah jarang ditemuin khususnya di kota-kota besar semisal Jakarta. Kebanyakan penduduk di kota besar hanya mementingkan egonya masing-masing, pamer inilah itulah, mau jadi pemimpin kelompok ini itu dan bahkan suka main hakim sendiri. Tapi coba kita melihat desa-desa yang masih menggunakan budaya ini mereka hidup tentram dan saling percaya, ga ada yang namanya saling sikut dan menjatuhkan, semua perbedaan di usahakan secara musyawarah dan mufakat. Jadi sebaiknya Anda yang ‘masih’ merasa muda harus melestarikan budaya ini demi keberlangsungan negara Indonesia yang tentram dan cinta damai.
Dan budaya yang terakhir,..

5. Gotong Royong

Itu bukan urusan gue!“, “emang gue pikiran“, Whats up bro? Ada apa dengan kalian? Hayoolah kita sebagai generasi muda mulai menimbulkan lagi rasa simpati dengan membantu seksama, karena dengan kebiasaann seperti inilah bangsa kita bisa merdeka saat masa penjajahan, ga ada tuh perasaan curiga, dan dulu persatuan kita kuat.

Cara Mudah Memfokuskan Diri (BI-01-SS-12)

Cari posisi nyaman
Tidak perlu ruangan besar atau membuat ruang khusus. Anda bisa memanfaatkan sudut ruangan yang memiliki tingkat ketenangan yang bagus, memiliki sirkulasi udara yang lancar dan cukup untuk tempat matras, tempat meja untuk meletakkan lilin atau bunga-bunga yang membantu melancarkan meditasi.

Fokus pada kegiatan sehari-hari
Sama seperti hal lain, meningkatkan fokus dapat dilatih. Tak perlu media yang mahal atau latihan khusus, Anda bisa mempelajarinya pada kegiatan sehari-hari. Misalnya, saat Anda mencuci tangan. Rasakan bagaimana air mengalir mengenai kulit, dan apa sensasi yang Anda rasakan. Dengar bunyinya, dan biarkan pikiran Anda fokus sepenuhnya pada kegiatan tersebut.

Istirahat di sela aktivitas
Meditasi tak selalu menghabiskan waktu lama. Anda bisa memberikan ketenangan pada pikiran di sela-sela aktivitas harian. Hentikan sesaat aktivitas Anda, lalu nikmati kegiatan bernapas sambil memejamkan mantra, beri sugesti positif dan semangat untuk mulai beraktivitas kembali.

Latihan pernapasan
Cara lain untuk melatih fokus pikiran adalah dengan berlatih bernapas. Beberapa latihan meditasi menggunakan napas sebagai pusat utama latihan. Tetapi apapun jenis meditasi yang Anda pakai, persiapkan lima menit awal sebelum berlatih untuk membantu melepas lelah pikiran dan beristirahat.

Sambil mendengarkan musik
Musik adalah media yang baik untuk mengembalikan ketenangan pikiran, terlebih lagi dalam meditasi. Musik-musik klasik milik Mozart, dan beberapa komposer lain sangat bagus sebagai media terapi untuk membuat pikiran Anda lebih fokus saat mendengar nada-nada yang mengalun.

Sikap bahagia dan ceria
Untuk menghasilkan pikiran yang fokus dan kebahagiaan saat melakukan meditasi, jangan lupakan untuk membuat hati Anda bahagia. Segala tindakan dan pemikiran negatif akan memengaruhi meditasi. Sehingga pikiran yang positif, diikuti sikap ceria akan membuat hasil meditasi Anda lebih bermanfaat.
Selamat mencoba!